ComDev Center Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Dorong Gerakan Pengelolaan Sampah Berbasis Kolaborasi untuk Wujudkan Kampus Hijau

Yogyakarta, 24 April 2025 — Kegiatan Lab PMI yang bertema “Community Development Mahasiswa untuk Pengolahan Sampah di Lingkungan Kampus” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi sebuah inisiatif penting dalam menggalakkan isu lingkungan, khususnya di Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK). Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Angkatan 2022, 2023, dan 2024, serta dosen dari Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.

Ketua Comdev Center memberikan sambutannya ”Kolaborasi antara dosen dan mahasiswa menjadi kunci utama dalam mewujudkan cita-cita kampus hijau yang berkelanjutan. Para pejuang iklim di lingkungan kampus diharapkan mampu mengambil peran aktif, khususnya dalam pengolahan dan pemisahan sampah sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan. Dalam hal ini, Community Development (Comdev) Center hadir sebagai wadah strategis untuk pemberdayaan berbasis lingkungan. Tidak hanya sebatas aktivitas kampus, peran Comdev juga selaras dengan pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam aspek pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Selain itu, Comdev Center berfungsi sebagai ruang intelektual yang membangun kapasitas mahasiswa melalui kegiatan riset dan pengabdian masyarakat. Untuk mengoptimalkan fungsinya, Comdev membutuhkan dukungan penuh dari program studi dan fakultas. Harapannya, melalui kegiatan pengembangan seperti LAB PMI, ruangan LAB atau Comdev Center dapat berkembang menjadi pusat pembelajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang berdampak nyata.”

Selanjutnya, Siti Aminah, M.Si selaku Kaprodi PMI, menyampaikan materi mengenai gerakan peduli lingkungan kampus. Ia menjelaskan, "Upaya menciptakan kampus yang hijau dan berkelanjutan semakin diperkuat melalui berbagai inisiatif strategis dari seluruh elemen kampus, termasuk dosen, mahasiswa, tenaga kependidikan, dan dekanat." Bu Aminah juga mengungkapkan gerakan PUSAKA (Pusat Sodakoh Sampah), yang mendorong masyarakat kampus untuk memandang sampah, terutama yang bernilai ekonomis seperti botol plastik, sebagai amal yang dapat membantu pendanaan beasiswa.

Selanjutnya acara inti Bapak Yebi Yuriandala, ST., M.T., Co-Founder dari Project B Indonesia, memberikan materi menyenai maslah sampah di Indonesia. Beliau mengingatkan bahwa kebiasaan seperti mengubur sampah organik yang dahulu dilakukan oleh leluhur kini justru menjadi praktik berbahaya yang mencemari tanah. "Kebiasaan membakar sampah juga perlu dihindari karena berpotensi menyebabkan masalah sosial yang lebih besar," tambahnya. Bapak Yebi juga memaparkan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam memberdayakan sampah di lingkungan kampus, seperti memilah sampah dan mengolah sampah sampah menjadi yang bermanfaat.

Bapak Yebi juga menambahkan bahwa cara sadar akan issue lingkungan dikampus yaitu dari diri sendiri. Berasal dari “Latar belakang masalah mengapa kita harus memilah, harus mengerti akar masalahnya. Terbiasa dilayani dengan pelayanan persampahan di Jogja, padahal itu tanggung jawab kita sendiri.” Menurutnya dalam pemilhan sampah ini kita memiliki rasa tanggung jawab atas sampah dan lingkungan kemudian menghormati pengumpul sampah. Dari pemahaman itu mewujudkan masyarakat akan sadar sampah yang telah dihasilkannya. Dari hal tersebut dapat di implementasikan di lingkungan kampus, bahwa semua mahasiswa, tendik dosen harus berperan dalam issu sampah dilingkungan kampus. Hal ini dapat memberikan contoh sebagai akademisi untuk masyakat umum. Terkhususnya Comdev center yang sebagai wadah praktek pemberdayaan masyrakat, riset dan pengabdian masyarakat yang berkelanjutan.

Dalam sesi diskusi, Maher, seorang mahasiswa, bertanya tentang “pentingnya pengolahan sampah dan apakah hal tersebut wajib dilakukan”. Bapak Yebi menjawab bahwa pengolahan sampah adalah tanggung jawab moral yang harus dimulai dari diri sendiri, dengan semangat kolaboratif untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan. "Sampah bisa menjadi bagian dari sedekah, misalnya dengan mengumpulkan botol plastik untuk disumbangkan atau disetorkan ke bank sampah," ujar Bapak Yebi.

Fuad mahasiswa PMI, mengangkat isu tentang egoisme masyarakat dalam gerakan pengelolaan sampah dan mencari dukungan dari pemerintah. Bapak yebi menjawab “dalam kasus ini bahwa Gerakan pengolahan sampah harus berasal dari diri sendiri, mandiri setelah berjalan kemudian pengajuan dana desa untuk mengembangkannya.”

Pak Abu, dosen PMI yang turut serta dalam diskusi, “mengingatkan bahwa kebijakan pengelolaan sampah di Indonesia sudah ada, namun implementasinya masih lemah karena pengawasan yang minim. Ia menekankan pentingnya pengawasan yang ketat agar regulasi terkait pengelolaan sampah dapat dilaksanakan dengan efektif, terutama di tingkat perumahan dan komunitas.”

Diskusi ini menegaskan bahwa pengelolaan sampah bukan hanya soal teknis atau kebijakan, tetapi juga tentang kesadaran kolektif dan komitmen bersama untuk menjaga lingkungan, dari individu, komunitas, hingga pemerintah.